BANGKOK, Pada hari Jum’at, 19 Agustus 2022, Departemen Kajian dan Aksi Strategis PERMITHA berkolaborasi dengan Atase Pertahanan KBRI Bangkok dan di dukung oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan seminar Wawasan Kebangsaan 2022 yang berlangsung secara hibrid daring dan luring. Bertempat di Ruang Ahmad Yani KBRI Bangkok dan dilaksanakan secara simultan melalui Zoom Meeting, seminar yang mengambil tema “Peningkatan Wawasan Kebangsaan Kaum Milenial Diaspora Indonesia” ini berlangsung dari pukul 14.00 – 17.30.
Pada Pembukaan dan Sambutan Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand merangkap UN-ESCAP H.E. Rachmat Budiman, beliau menyampaikan bahwasannya Wawasan Kebangsaan merupakan sarana yang penting digunakan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme bagi diaspora Indonesia di luar negeri. Wawasan Kebangsaan perlu ditanamkan kepada semua orang baik tua dan muda, dan harus senantiasa diperbaharui agar tidak usang atau lekang dimakan waktu dan kesibukan.
Pada seminar tersebut, diundang empat pembicara sebagai pemateri: (1) Kolonel (Inf.) Yesi Kristian Mambu, S.I.P., Atase Pertahanan KBRI Bangkok, (2) Harry Putra Masrul, S.T.P., Direktur Perencanaan dan Transformasi Aku Petani Indonesia, (3) Komisaris Besar (Pol.) Endon Nurcahyo, S.I.K., Atase Kepolisian KBRI Bangkok, dan (4) Wengky Ariando, S.Si., M.A., Ph.D., Doctoral Researcher dari Chulalongkorn University Social Research Institute.
Pembicara pertama, Kolonel (Inf.) Yesi Kristian Mambu, S.I.P., Atase Pertahanan KBRI Bangkok, menyampaikan presentasinya yang berjudul “Kolaborasi Bersama untuk Berkontribusi dalam Pembangunan Negara”. Menurut beliau, Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan perstuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wawasan kebangsaan bertujuan dan menyasar kepada (1) bangsa yang kuat, rukun, bersatu, berdaya saing tinggi, dan sejahtera, (2) terjaganya sejarah kebangsaan dan NKRI, (3) revitalisasi dan reaktualisasi nilai pancasila, (4) meredam berkembangnya primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan, dan mencegah disintegrasi bangsa, dan (5) meningkatkan ketahanan nasional. Terdapat pula tantangan berupa (1) pemaksaan penggantian ideologi Pancasila oleh kelompok tertentu, (2) melemahnya semangat kebersamaan dan kepedulian sosial, (3) memudarnya nilai – nilai luhur bangsa akibat globalisasi, dan (4) meningkatnya tindak kekerasan, disharmoni, dan intoleransi di masyarakat yang menantang aktualisasi dan perwujudan wawasan kebangsaan sehari – hari.
Pembicara kedua, Harry Putra Masrul, S.T.P., Direktur Perencanaan dan Transformasi Aku Petani Indonesia menyampaikan presentasinya yang berjudul “Regenerasi Pertanian untuk Mengisi Ruang Kemerdekaan Indonesia”. Dalam presentasinya, beliau menyampaikan tentang perusahaan sosial (socio-preneur) Aku Petani Indonesia yang didirikannya. Perusahaan sosial yang beliau dirikan bertujuan untuk memberikan inspirasi, motivasi, dan skill kepada penerus pertanian melalui kolaborasi kreatif, digital campaign, dan pengembangan SDM pertanian yang mampu bersaing di kancah dunia. Aku Petani Indonesia berdiri didasari oleh fakta menurunnya jumlah pelaku profesi petani di kalangan anak muda dan hal ini dapat mengancam keberlangsungan petani dan ketahanan pangan bangsa. Untuk itu, Aku Petani Indonesia mengembangkan konsep Agrotechnopreneur terpadu yang terdiri dari enam tahapan: (1) Identifikasi permintaan (demand) dan komoditi lokal, (2) identifikasi daya dukung, (3) assesment SDM dan daya serapan teknologi, (4) pelatihan agrotechnopreneur, (5) Community-based action dan (6) Monev dan sustainability.
Pembicara ketiga, Komisaris Besar (Pol.) Endon Nurcahyo, S.I.K., Atase Kepolisian KBRI Bangkok menyampaikan presentasinya yang berjudul “Tantangan Pengelolaan Social Media di Era 4.0 Bagi Generasi Milenial dalam Rangka Menumbuhkan Jiwa Bela Negara”. Pada era modern ini, social media telah meresap ke seluruh lini kehidupan masyarakat. Terjadi pergeseran arus informasi yang dulu dikuasai oleh media massa kini beralih ke media sosial. Kini, media sosial mejadi media penyampai pesan sekaligus media pembentuk opini publik. Di era ini, media sosial, sebagai bagian dari ruang siber (cyberspace) telah mengalihkan aktivitas manusia di dunia nyata ke ruang dunia maya. Di era ini, fenomena paska-kebenaran (post-truth) telah merebak, memanipulasi keyakinan dan perasaan pribadi untuk pembentukan opini publik dibanding fakta yang objektif. Akibatnya hoax, berita palsu, dan teori konspirasi merebak dan mengotori ruang siber publik dan memanipulasi opini publik. Lewat contoh studi kasus Kasus Roy Suryo, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga era pemerintahan SBY yang kini tersangkut kasus hukum akibat meme “Stupa Jokowi”. Beliau berpesan agar hadirin menjadi lebih (1) selektif sebleum berbagi informasi, (2) menjadi pengguna cerdas, (3) stop hoax, bullying, berkonten dan berkomentar negatif, (4) mengedukasi pengguna lain, dan (5) menyebarkan informasi positif.
Pembicara keempat, Wengky Ariando, S.Si., M.A., Ph.D., Doctoral Researcher dari Chulalongkorn University Social Research Institute menyampaikan presentasinya yang berjudul “Mengenal Indonesia dalam Riset Berbasis Pengembangan Komunitas”. Dalam presentasinya, beliau menyampaikan secra seingkat tentang risetnya di Suku Bajau. Suku Bajau merupakan salah satu suku orang laut di Indonesia. Beliau menyampaikan tentang upaya kehadiran negara dan elemen masyarakat kepada Suku Bajau. Penelitian tentang Suku Bajau bisa dikatakan sangat panjang dimana upaya studi kajian sejarah dan sistem penghidupan modal sosial identitas adat perlu dilakukan untuk mendokumentasikan kearifan lokal. Dari dokumentasi tersebut, identifikasi dan adopsi model perikanan berkelanjutan orang Suku Bajau dapat digunakan untuk mempelajari pemanfaatan dan pengelolaan laut dan sumber daya laut yang berkelanjutan. Selanjutnya dilakukan studi perlindungan sosial, kesetaraan, akses, dan dukungan lintas institusi untuk hukum, kolaborasi, dan sinkronisasi dapat dilakukan untuk perbaikan kebijakan politik setempat guna inovasi, adopsi teknologi, dan pembangunan alternatif untuk Suku Bajau yang berkeadilan dan berkelanjutan untuk melindungi teritori dan perlindungan kawasan laut Suku Bajau. Kesemuanya bertujuan untuk peningkatan taraf hidup dan perbaikan kehidupan Suku Bajau di Indonesia.
Seminar kemudian ditutup oleh Achmad Wicaksono, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok. Beliau berharap agar seminar hari ini dapat memberi kesan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama peserta yang mengikuti seminar Wawasan Kebangsaan 2022.
Leave a Reply