Pagi itu, Sabtu 25 Mei 2019, suasana KBRI Bangkok lain daripada biasanya. Hari Sabtu, KBRI yang biasanya sepi mendadak ramai oleh hiruk pikuk warga Thailand yang datang dengan tujuan untuk memamerkan kepiawaian mereka berbahasa Indonesia dalam Lomba Berpidato dan Bercerita dalam Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (LBB BIPA). Sebagian besar warga Thailand ini adalah mahasiswa dan ada pula siswa SMA yang berasal dari berbagai daerah di Thailand, baik Thailand bagian utara, Thailand bagian selatan, maupun dari Kota Bangkok itu sendiri. Tercatat ada 5 orang yang mengikuti lomba pidato dan 4 orang mengikuti lomba bercerita.
Kegiatan lomba ini merupakan program tahunan yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilakukan di 21 negara di dunia termasuk Thailand sebagai upaya untuk menginternasionalisasi bahasa Indonesia. Selain itu, kegiatan lomba ini juga merupakan bentuk stimulasi dan motivasi bagi warga dunia untuk lebih mengenal Indonesia melalui bahasa dan budayanya. Para pemenang dari kedua puluh satu negara itu nantinya akan diundang ke Indonesia untuk Kegiatan Apresiasi pada bulan Agustus 2019 dan akan kembali berkompetisi di sana. Selain itu, para pemenang juga akan berkesempatan untuk menghadiri upacara 17 Agustus di Istana Negara.
Sebelum lomba dilaksanakan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok (Atdikbud) atas nama Duta Besar LBBP KBRI Bangkok, Prof. Mustari, M.Pd memberikan sambutan pembukaan dengan menekankan bahwa program ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, kecintaan, dan kebanggaan warga Thailand terhadap Indonesia. Selain itu, Atdikbud juga berpesan bahwa nantinya pemenang yang akan mewakili Thailand harus mampu bersaing dengan para juara dari negara lain dengan baik. Untuk hal ini, Atdikbud bersama pengajar BIPA dari Pusat Pengembangan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kemendikbud di KBRI akan memberikan program pelatihan secara khusus kepada para pemenang sebagai persiapan sebelum berkompetisi di Indonesia.
Kegiatan lomba diawali dengan lomba pidato yang tidaklah mudah. Selain harus menyiapkan naskahnya sendiri, berpidato dengan retorika yang baik, para peserta lomba pidato juga harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. Pada tahun ini peserta lomba harus berpidato dengan topik “toleransi”. Salah satu peserta, Amin Musa dari Universitas Chulalangkorn, dalam pidatonya mengungkapkan pentingnya toleransi sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Lomba bercerita pada sesi kedua juga tidak kalah sulit. Selain harus menguasai isi cerita dengan baik, peserta juga harus mampu memperagakan isi cerita dengan gestur, mimik, dan ekspresi yang tepat. Pada lomba ini peserta dibatasi pada topik pemahaman antarbudaya yang terkandung pada cerita Indonesia. Para peserta menyajikan cerita rakyat Indonesia, seperti Legenda Malin Kundang dan Jaka Tarub dengan penuh penghayatan. Dewan juri yang terdiri dari Atase Pendidikan dan kebudayaan Prof. Mustari, M.Pd, Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya (Pensosbud) Dodo Sudrajat, guru bahasa Indonesia Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) Yudy Saroso dan Riana Dwi Putra, dan pengajar BIPA dari PPSDK Rury Luberti juga tampak antusias memberikan penilaian dan sangat mengapresiasi semangat dan usaha para peserta dalam mengikuti perlombaan ini.