Pada hari Kamis, 3 Januari – Jumat, 4 Januari 2019 diselenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2019 Kemenristekdikti di Universitas Diponegoro, Semarang dengan tema “Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang Terbuka, Fleksibel, dan Bermutu”. Rakernas 2019 ini dihadiri sekitar 350 peserta yang berasal dari pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal Kemenristekdikti mulai dari, pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemenristekdikti, Kepala LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, Ketua Komisi VII, Ketua Komisi X, Ketua DPD RI, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Balitbang/Deputi Kementerian terkait, BUMN, serta instansi terkait lainnya.
Dalam rangkaian Rakernas tersebut, terdapat Focus Discussion Group (FDG) khusus untuk para Atdikbud dengan Sekjen Kemenristekdikti yang dilaksanakan tanggal 4 Januari 2019. Sesi FDG ini dihadiri oleh Atdikbud dari beberapa Kantor Perwakilan RI diantaranya Bangkok, Canberra, Port Moresby, Manila, Beijing, Paris, Tokyo, Singapura, Washington DC dan Dili serta Sekjen Kemenristekdikti.
Pada kesempatan FDG tersebut, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Bangkok, Prof. Mustari menyampaikan beberapa hal diantaranya Atdikbud menyampaikan bahwa menginat banyaknya Perguruan Tinggi di Thailand yang mengajukan permohonan untuk diadakan pembelajaran Bahasa Indonesia (BIPA) sehingga semakin banyak orang Thailand yang mampu berbahasa Indonesia. Terkait hal tersebut diharapkan kemampuan bahasa asing (dalam hal ini bahasa Thailand) mendapatkan perhatian dan dukungan dari Perguruan Tinggi Indonesia serta Kemenristekdikti agar mendorong Perguruan Tinggi Indonesia juga menyusun program pengajaran bahasa Thailand di tingkat universitas sebagai pembangunan kapabilitas mahasiswa dalam hal kemampuan bahasa asing, sebagai calon tenaga kerja yang berkompeten untuk bersaing dalam era MEA.
Selain itu disinggung juga tentang dukungan terhadap kegiatan mahasiswa di Thailand oleh Kemenristekdikti yang disarankan oleh Kemenristekdikti agar dilakukan pengajuan proposal sehingga dapat diadakan diskusi lebih lanjut. Atdikbud KBRI Bangkok juga mengharapkan koordinasi MoU kerjasama antara PTN di Indonesia dan PT di negara akreditasi juga disampaikan kepada para Atdikbud di masing – masing negara akreditasi.
Dalam forum tersebut juga dibahas mengenai kerja sama antar perguruan tinggi, antara lain, Atdikbud Tokyo menyampaikan bahwa dalam rangka peringatan 60 tahun kerjasama Indonesia dan Jepang, telah dibentuk Asosiasi Peneliti tentang Indonesia (KAPAL) yang beranggotakan sekitar 200 orang peneliti (junior dan senior) termasuk semua peneliti dari Hokkaido hingga Okinawa untuk semua bidang ke-ilmu-an termasuk melakukan riset di Indonesia. Para peneliti bisa menjadi Agent of Research Collaboration antara Indonesia dan Jepang.
Dipaparkan juga beberapa kendala terkait akreditasi dan penyetaraan lembaga dan program studi yang terdapat perbedaan pada kurikulum antara Indonesia dan negara lain sehingga baik mahasiswa Indonesia yang lulus dari lembaga pendidikan luar negeri dan sebaliknya mengalami kesulitan.
Dalam forum FDG tersebut, Sekjen Kemenristekdikti, Prof. Ainun Na’im menginformasikan bahwa proses penyetaraan ijasah PT luar negeri, surat dari KBRI sudah tidak diperlukan lagi. Hal ini agar menjadi perhatian seluruh Atdikbud. Kemudian Sekjen menyarankan agar Monitoring overseas scholarship dari pemerintah pusat, lokal/daerah, LPDP, Kementerian Informasi dan PTN lainnya perlu dilakukan oleh para Atdikbud.
Setelah rangkaian Rakernas berakhir, dihasilkan tujuh fokus rekomendasi terkait kebijakan Kemenristekdikti 2019 yaitu di bidang pembelajaran dan kemahasiswaan ; kelembagaan Iptek dan Dikti; sumber daya Iptek dan Dikti; riset dan pengembangan; inovasi; reformasi birokrasi; pengawasan internal Kemenristekdikti.


