
Di sebuah ruangan kelas di tepi sungai Chaophraya Bangkok terdengar bunyi iringan musik tradisional Talempong dan Gandang khas budaya Minang. Sejenak terdengar suara piring pecah diiringi suara tawa. Begitulah suasana maraknya Workshop on Indonesian Culture di Thammasat University oleh Sanggar Lubuak Nan Tigo, Sumatera Barat. Para peserta workshop sebanyak 30 orang yang terdiri dari para mahasiswa Thailand dari South East Asia Program, Faculty of Liberal Arts, terlihat antusias mengikuti kegiatan yang dipandu oleh Dr. Hamam Supriyadi, dosen bahasa Indonesia di Thammasat University serta para seniman dari Sanggar Labuak Nan Tigo. Turut menyaksikan pula kegiatan ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok, Prof. Mustari serta Ibu Konsul RI Songkhla, Eva Fachri Sulaiman. Workshop ini diadakan atas kerja sama antara Perwakilan Republik Indonesia di Thailand dengan Thammasat University.
Dalam workshop tersebut, para peserta berkesempatan mempelajari budaya Minang, melihat peragaan dan belajar menari Tari Piring dan alat-alat musik khas budaya Minang yaitu Talempong dan Gandang sekaligus mencoba memainkannya. Beberapa peserta sempat belajar bagaimana cara memegang piring sambil menggerakkan tangan dan lengannya sesuai dengan gaya tari piring yang diajarkan oleh para penari dari sanggar. Sementara kelompok yang lain, belajar membunyikan Talempong dan Gandang sehingga mereka dapat mendendangkan irama pengiring Tari Piring. Di sela-sela workshop, dijelaskan pula nama-nama gaya tari yang ada di dalam tari piring, makna dan filosofi di balik tari piring. Suasana menjadi semakin marak pada saat kelompok yang belajar tari dan belajar musik tradisional menampilkan tari piring bersama dengan versi sederhana. Walaupun masih terlihat kaku namun sudah bisa dibilang luar biasa karena dengan waktu sekitar kurang dari sejam mereka sudah bisa menampilkan sebuah pertunjukan Tari Piring. Disampaikan oleh Ongky Irawan, pimpinan sanggar bahwa walaupun tari piring ini merupakan tari tradisional yang pada zaman dahulu ditampilkan pada masa pasca panen, namun tidak menutup kemungkinan para pelajar dapat mengembangkan atau dipadukan sehingga tercipta tari kreasi baru.
Kedatangan tim promosi seni budaya dari Sumatera Barat ini adalah dalam rangka berpartisipasi dalam penampilan seni budaya pada acara Diplomatic Bazar Red Cross ke-52 yang pertama kalinya Indonesia mendapat kehormatan menjadi Ketua Diplomatic Participant Committee Thai Red Cross Bazar di Thailand untuk masa 2018-2019. Bazar yang diresmikan oleh Putri Maha Chakri Sirindhorn ini mengusung tema “Giving Colours Our Lives”, terselenggara atas kerja sama Thai Red Cross Society dengan Kedutaan Besar Asing di Bangkok dan Siam Paragon berlangsung pada 2 – 3 Maret 2019, di Royal Paragon Hall, Siam Paragon Mall, pusat perbelanjaan dan entertainment terbesar di kota Bangkok. Hasil dari kegiatan bazar disumbangkan ke yayasan anak disabilitas, panti jompo dan rumah sakit, instansi kesehatan dan proyek kesehatan dan sanitasi di beberapa provinsi di Thailand. Bazar diikuti oleh 57 kedutaan besar asing di Bangkok dan sejumlah perusahaan terkemuka Thailand yang menempati 176 stan. Indonesia menempati 12 stan yang diisi oleh 21 vendor pengusaha UMKM – (ssh).

Para peserta workshop belajar memainkan alat musik tradisional Minang, Talempong dan Gadang

Tampilan mahasiswa Thammasat University setelah selesai belajar Tari Piring.

Foto bersama para mahasiswa Thammasat University, dosen Thammasat University, pejabat KBRI Bangkok, KRI Songkhla, dan Dinas Pariwisata PemProv Sumatera Barat

Mahasiswa Thammasat University mencoba memutar piring dibimbing oleh penari dari Sanggar Labuak Nan Tigo, Sumbar